Senin, 24 November 2014

The God of The kingdom



THE GOD OF THE KINGDOM
Bagaimana kita bisa mengenal Kerajaan Allah? Pertama-tama kita harus mengerti bahwa Allah itu Raja adanya. Ia adalah Raja yang lebih besar dari raja-raja manapun juga. Ketika kita berbicara tentang Kerajaan Allah, marilah kita terlebih dahulu menyadari bahwa Tuhan kita adalah Raja yang tertinggi. Diperlukan mata rohani yang menembus awan, menembus pembatasan dunia, menembus segala kuasa-kuasa yang fana, untuk bisa terus melihat dan menemukan tahta di atas yang tak tergoncangkan tersebut.[1]
Kerajaan itu adalah Kerajaan Allah, bukan milik manusia yaitu basileia tou theo. Penekanannya jatuh pada kata yang ketiga, bukan kata yang pertama; itu adalah Kerajaan Allah. Bila Kerajaan itu adalah pemerintahan Allah, maka setiap aspek Kerajaan itu harus berasal dari karakter dan tindakan Allah. Kehadiran Kerajaan itu harus dipahami dari sifat tindakan Allah pada masa kini; dan masa depan Kerajaan itu adalah manifestasi penebusan dari pemerintahan kerajaanNya pada akhir zaman.[2]
a.       Allah adalah pencipta
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Tuhan adalah Tuhan yang menciptakan yang kelihatan dan tidak kelihatan. Ia adalah pencipta segala sesuatu. Ia menciptakan yang berwujud dan tak berwujud.
Ruang dan waktu merupakan ciptaan Allah dan kemudian Ia menciptakan manusia, serta menempatkannya di tempat yang akan Ia kunjungi  dan waktu yang ia tetapkan. Dengan demikian Allah juga menciptakan ruang dan waktu untuk manusia.[3]
Alkitab mencatat maksud ganda Allah dalam menciptakan dunia ini. Khususnya tatkala ia menciptakan manusia. Allah berkehendak menunjukan bahwa diriNya memiliki kekuatan dan kekuasaan. Allah telah menciptakan manusia menurut gambarnya dan memberikan kekuasaan dan otoritas kepadanya untuk memerintah dan memelihara semua ciptaanNya dengan tanggung jawab.[4]


b.      Allah yang mencari
Pemberitaan Yesus mengenai Kerajaan itu mengatakan bahwa Allah tidak hanya akan bertindak pada akhir zaman, tetapi bahwa Allah sedang melakukan penebusan dalam sejarah. Sesungguhnya Allah telah masuk dalam sejarah dalam satu cara dan pada satu tingkat yang tidak diketahui oleh para nabi. Pemenuhan janji-janji dalam Perjanjian Lama sedang terjadi, keselamatan mesianis telah tiba, Kerajaan Allah telah dekat. Allah sedang melawati umatNya. Dalam Yesus Allah telah mengambil inisiatif untuk mencari orang berdosa, membawa kembali orang-orang yang terhilang ke dalam berkat pemerintahanNya. Singkatnya, Ia adalah Allah yang mencari.[5]
Ketika manusia jatuh dalam dosa, hubungan antara manusia dengan Allah menjadi rusak. Tetapi Allah berusaha untuk memulihkan persekutuan antara Dia dan manusia dengan caraNya sendiri yakni Ia berusaha mencari manusia itu agar mereka dapat mengikuti persekutuan yang indah bersama Allah.
c.       Allah yang mengundang
Allah yang mencari adalah juga yang mengundang. Yesus menggambarkan keselamatan eskatologia bagaikan satu perjamuan atau pesta dengan banyak tamu yang diundang (Mat. 22:1; Luk. 14:6 bdg. Mat. 8:11). Atas latar belakang inilah kita dapat memahami persekutuan sekeliling meja yang sering diadakan Yesus bersama para pengikutNya sebagai satu perumpamaan yang dipraktekkan yang menggambarkan undangan dan panggilan kepada berkat-berkat Kerajaan Allah.[6]
Pemberitaan Yesus tentang Kerajaan Allah adalah pemberitahan secara lisan dan perbuatan bahwa Allah sedang bertindak dan menyatakan secara dinamis niat penebusanNya dalam sejarah. Allah mencari orang-orang berdosa; Ia mengundang mereka masuk ke dalam berkat mesiais; Ia menuntut mereka member tanggapan yang menyenangkan atas tawaranNya yang penuh anugerah itu. Sekali lagi Allah telah bersabda. Seorang nabi aru telah datang, sesungguhnya seorang yang lebih dari seorang nabi biasa, Ia yang (sanggup) membawa manusia kepad berkat yang dijanjikanNya.[7]
            Ketika Yesus menemukan manusia dalam keadaan berdosa maka ia mengundang manusia untuk bertobat. Dia tidak membiarkan manusia untuk terus menerus hidup dalam dosa. Allah berinisiatif untuk mengundang manusia. Pandangan ini berbeda dengan Yudaisme yakni memiliki pandangan bahwa manusia harus bertobat terlebih dahulu dan Allah mengampuni kemudian.
            Ketika Allah mengundang manusia kepada pertobatan, maka manusia harus meresponi undangan itu. Jadi manusia tidak pasif, melainkan aktif menanggapi undangan ilahi. Hal ini yang membedakan yang membedakan antara panggilan Yesus dan panggilan Yohanes Pembaptis.
d.      Allah sebagai Bapa
Allah sedang mencari orang-orang berdosa dan mengundang mereka untuk menyerahkan diri mereka kepada pemerintahanNya supaya Ia menjadi Bapa mereka. Di dalam keselamatan eskatologis orang-orang benar akan masuk ke dalam Kerajaan Bapa mereka (Mat. 13:43). Ia adalah Bapa yang telah mempersiapkan warisan kerja eskatologis yang penuh berkat itu (Mat. 25:34). Dialah Bapa yang akan memberikan kepada murid-murid Yesus anugerah Kerajaan itu (Luk. 12:32). Anugerah yang paling tinggi dari Allah sebagai Bapa adalah partisipasi dalam pemerintahan Allah, yang akan berlalu pada seluruh dunia. Pada hari itu Yesus akan menikmati persekutuan baru dengan murid-muridnya dalam Kerajaan Bapa (Mat. 26:29). Hanya orang yamg masuk ke dalam kerajaan itu yang dapat menikmati Allah sebagai Bapa. Kerajaan dan kebapaan tidak dapat terpisahkan. [8]
e.       Allah yang menghakimi
Walaupun Allah mencari orang berdosa dan menawarkan kepadanya anugerah Kerajaan itu , namun Ia tetap sebagai Allah yang menuntut balas kebenaran mereka yang menolak tawaran ini. Perhatiannya terhadap yang hilang tidak menghilangkan kesucian Ilahi ke dalam kebaikan yang lunak. Allah adalah kasih yang mencari, tetapi ia juga kasih yang suci. Ia adalah Bapa Surgawi. NamaNya itu disucikan. Itulah sebabnya, mereka yang menolak tawaran KerajaanNya harus menghadapi hukumannya[9]
Ketika Allah menciptakan dunia ini, Ia tidak membiarkan dunia ini berjalan sendiri. Tetapi ketika Dia menciptakan, maka harus ada hubungan antara pencipta dan ciptaan. Ibrani 4:13 “Dan tidak ada suatu makluk pun yang tersembunyi di hadapannya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadanya kita harus memberikan pertanggungjawaban”. Allah adalah Pencipta kita sehingga apapun yang kita perbuat harus memberi pertanggungjawaban.
Kesimpulan
Kerajaan Allah adalah milik Allah dan berada dalam pemerintahan Allah. Jadi setiap aspek berasal dari karakter dan tindakan Allah. Dalam KerajaanNya Allah bertindak sebagai Pencipta, yang menciptakan langit dan bumi. Pada mulanya semuanya baik, tetapi karena kejatuhan manusia ke dalam dosa maka rusaklah hubungan antara manusia dengan Allah. Allah yang bertindak sebagai Allah yang mencari, kemudian berusaha mencari manusia yang hilang. Allah rindu bersekutu kembali, sehingga Ia mencari manusia, melalui karya penebusan Yesus Kristus. Akhirnya hubungan Allah dengan manusia yang awalnya rusak, dapat dipulihkan kembali oleh darah Yesus.
Selain mencari, Allah juga mengundang. Ketika Allah mengundang manusia untuk menerima anugerah kerajaan Allah maka manusia menanggapi akan undangan ilahi tersebut supaya Allah menjadi Bapa mereka. Ketika manusia tidak menanggapi akan undangan tersebut maka Allah adalah Allah yang menghakimi. Dia menghakimi setiap orang yang menolak akan undanganNya.











[1]Stephen Tong, Kerajaan Allah, gereja dan pelayanannya (Surabaya: Momentum, 2013) 14
                [2]George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 1 (Bandung: Kalam Hidup, 1999) 105
[3]Tong, Kerajaan, 15
[4]Eddy Paimoen, Kerajaan Allah dan Gereja (Bandung: IKAPI, 1997) 7
                [5]Ladd, Teologi, 106
                [6]Ibid 109
[7]Ibid 110
                [8]Ibid 110
                 [9]Ibid 114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar