THE
GOD OF THE KINGDOM
Bagaimana
kita bisa mengenal Kerajaan Allah? Pertama-tama kita harus mengerti bahwa Allah
itu Raja adanya. Ia adalah Raja yang lebih besar dari raja-raja manapun juga. Ketika
kita berbicara tentang Kerajaan Allah, marilah kita terlebih dahulu menyadari
bahwa Tuhan kita adalah Raja yang tertinggi. Diperlukan mata rohani yang
menembus awan, menembus pembatasan dunia, menembus segala kuasa-kuasa yang
fana, untuk bisa terus melihat dan menemukan tahta di atas yang tak
tergoncangkan tersebut.[1]
Kerajaan
itu adalah Kerajaan Allah, bukan milik manusia yaitu basileia tou theo.
Penekanannya jatuh pada kata yang ketiga, bukan kata yang pertama; itu adalah
Kerajaan Allah. Bila Kerajaan itu adalah pemerintahan Allah, maka setiap aspek
Kerajaan itu harus berasal dari karakter dan tindakan Allah. Kehadiran Kerajaan
itu harus dipahami dari sifat tindakan Allah pada masa kini; dan masa depan
Kerajaan itu adalah manifestasi penebusan dari pemerintahan kerajaanNya pada
akhir zaman.[2]
a. Allah
adalah pencipta
Alkitab
mengatakan bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.
Tuhan adalah Tuhan yang menciptakan yang kelihatan dan tidak kelihatan. Ia
adalah pencipta segala sesuatu. Ia menciptakan yang berwujud dan tak berwujud.
Ruang
dan waktu merupakan ciptaan Allah dan kemudian Ia menciptakan manusia, serta
menempatkannya di tempat yang akan Ia kunjungi
dan waktu yang ia tetapkan. Dengan demikian Allah juga menciptakan ruang
dan waktu untuk manusia.[3]
Alkitab
mencatat maksud ganda Allah dalam menciptakan dunia ini. Khususnya tatkala ia
menciptakan manusia. Allah berkehendak menunjukan bahwa diriNya memiliki
kekuatan dan kekuasaan. Allah telah menciptakan manusia menurut gambarnya dan
memberikan kekuasaan dan otoritas kepadanya untuk memerintah dan memelihara
semua ciptaanNya dengan tanggung jawab.[4]
b. Allah
yang mencari
Pemberitaan
Yesus mengenai Kerajaan itu mengatakan bahwa Allah tidak hanya akan bertindak
pada akhir zaman, tetapi bahwa Allah sedang melakukan penebusan dalam sejarah. Sesungguhnya
Allah telah masuk dalam sejarah dalam satu cara dan pada satu tingkat yang
tidak diketahui oleh para nabi. Pemenuhan janji-janji dalam Perjanjian Lama
sedang terjadi, keselamatan mesianis telah tiba, Kerajaan Allah telah dekat.
Allah sedang melawati umatNya. Dalam Yesus Allah telah mengambil inisiatif
untuk mencari orang berdosa, membawa kembali orang-orang yang terhilang ke
dalam berkat pemerintahanNya. Singkatnya, Ia adalah Allah yang mencari.[5]
Ketika
manusia jatuh dalam dosa, hubungan antara manusia dengan Allah menjadi rusak.
Tetapi Allah berusaha untuk memulihkan persekutuan antara Dia dan manusia
dengan caraNya sendiri yakni Ia berusaha mencari manusia itu agar mereka dapat
mengikuti persekutuan yang indah bersama Allah.
c. Allah
yang mengundang
Allah
yang mencari adalah juga yang mengundang. Yesus menggambarkan keselamatan
eskatologia bagaikan satu perjamuan atau pesta dengan banyak tamu yang diundang
(Mat. 22:1; Luk. 14:6 bdg. Mat. 8:11). Atas latar belakang inilah kita dapat
memahami persekutuan sekeliling meja yang sering diadakan Yesus bersama para
pengikutNya sebagai satu perumpamaan yang dipraktekkan yang menggambarkan
undangan dan panggilan kepada berkat-berkat Kerajaan Allah.[6]
Pemberitaan
Yesus tentang Kerajaan Allah adalah pemberitahan secara lisan dan perbuatan
bahwa Allah sedang bertindak dan menyatakan secara dinamis niat penebusanNya
dalam sejarah. Allah mencari orang-orang berdosa; Ia mengundang mereka masuk ke
dalam berkat mesiais; Ia menuntut mereka member tanggapan yang menyenangkan
atas tawaranNya yang penuh anugerah itu. Sekali lagi Allah telah bersabda.
Seorang nabi aru telah datang, sesungguhnya seorang yang lebih dari seorang
nabi biasa, Ia yang (sanggup) membawa manusia kepad berkat yang dijanjikanNya.[7]
Ketika Yesus menemukan manusia dalam
keadaan berdosa maka ia mengundang manusia untuk bertobat. Dia tidak membiarkan
manusia untuk terus menerus hidup dalam dosa. Allah berinisiatif untuk mengundang
manusia. Pandangan ini berbeda dengan Yudaisme yakni memiliki pandangan bahwa
manusia harus bertobat terlebih dahulu dan Allah mengampuni kemudian.
Ketika Allah mengundang manusia
kepada pertobatan, maka manusia harus meresponi undangan itu. Jadi manusia
tidak pasif, melainkan aktif menanggapi undangan ilahi. Hal ini yang membedakan
yang membedakan antara panggilan Yesus dan panggilan Yohanes Pembaptis.
d. Allah
sebagai Bapa
Allah
sedang mencari orang-orang berdosa dan mengundang mereka untuk menyerahkan diri
mereka kepada pemerintahanNya supaya Ia menjadi Bapa mereka. Di dalam
keselamatan eskatologis orang-orang benar akan masuk ke dalam Kerajaan Bapa
mereka (Mat. 13:43). Ia adalah Bapa yang telah mempersiapkan warisan kerja
eskatologis yang penuh berkat itu (Mat. 25:34). Dialah Bapa yang akan memberikan
kepada murid-murid Yesus anugerah Kerajaan itu (Luk. 12:32). Anugerah yang
paling tinggi dari Allah sebagai Bapa adalah partisipasi dalam pemerintahan
Allah, yang akan berlalu pada seluruh dunia. Pada hari itu Yesus akan menikmati
persekutuan baru dengan murid-muridnya dalam Kerajaan Bapa (Mat. 26:29). Hanya
orang yamg masuk ke dalam kerajaan itu yang dapat menikmati Allah sebagai Bapa.
Kerajaan dan kebapaan tidak dapat terpisahkan.
[8]
e. Allah
yang menghakimi
Walaupun
Allah mencari orang berdosa dan menawarkan kepadanya anugerah Kerajaan itu ,
namun Ia tetap sebagai Allah yang menuntut balas kebenaran mereka yang menolak
tawaran ini. Perhatiannya terhadap yang hilang tidak menghilangkan kesucian
Ilahi ke dalam kebaikan yang lunak. Allah adalah kasih yang mencari, tetapi ia
juga kasih yang suci. Ia adalah Bapa Surgawi. NamaNya itu disucikan. Itulah
sebabnya, mereka yang menolak tawaran KerajaanNya harus menghadapi hukumannya[9]
Ketika
Allah menciptakan dunia ini, Ia tidak membiarkan dunia ini berjalan sendiri.
Tetapi ketika Dia menciptakan, maka harus ada hubungan antara pencipta dan
ciptaan. Ibrani 4:13 “Dan tidak ada suatu makluk pun yang tersembunyi di
hadapannya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang
kepadanya kita harus memberikan pertanggungjawaban”. Allah adalah Pencipta kita
sehingga apapun yang kita perbuat harus memberi pertanggungjawaban.
Kesimpulan
Kerajaan
Allah adalah milik Allah dan berada dalam pemerintahan Allah. Jadi setiap aspek
berasal dari karakter dan tindakan Allah. Dalam KerajaanNya Allah bertindak
sebagai Pencipta, yang menciptakan langit dan bumi. Pada mulanya semuanya baik,
tetapi karena kejatuhan manusia ke dalam dosa maka rusaklah hubungan antara
manusia dengan Allah. Allah yang bertindak sebagai Allah yang mencari, kemudian
berusaha mencari manusia yang hilang. Allah rindu bersekutu kembali, sehingga
Ia mencari manusia, melalui karya penebusan Yesus Kristus. Akhirnya hubungan
Allah dengan manusia yang awalnya rusak, dapat dipulihkan kembali oleh darah
Yesus.
Selain
mencari, Allah juga mengundang. Ketika Allah mengundang manusia untuk menerima
anugerah kerajaan Allah maka manusia menanggapi akan undangan ilahi tersebut
supaya Allah menjadi Bapa mereka. Ketika manusia tidak menanggapi akan undangan
tersebut maka Allah adalah Allah yang menghakimi. Dia menghakimi setiap orang
yang menolak akan undanganNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar